Follow Us @agnes_bemoe

Wednesday 19 April 2017

KEMANA KE KUANSING? #2

Hari kedua, saya ditawari mengunjungi air terjun Guruh Gemurai di Kasang, Lubuk Jambi, di Kec. Kuantan Mudik. Sebenernya saya ngiler berat. Saya lebih suka wisata alam seperti ini daripada wisata belanja. Sayang sekali, saya harus memperhitungkan kondisi pinggang yang sedang sowak. Saya berharap, suatu saat saya akan cukup kuat untuk menjalani medan menuju air terjun ini (menurut informasi, medannya cukup berat).

Ada 2 air terjun yang bisa dinikmati di Kuansing. Selain Air Terjun Guruh Gemurai ada lagi Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban di Kec. Hulu Kuantan.

Desa Wisata Koto Sentojo

Kami akhirnya menuju ke lokasi Desa Wisata Koto Sentajo. Di sini kita bisa melihat masyarakat Melayu Kuantan asli, lengkap dengan penghidupannya. Di sepanjang kampung berjejer rumah-rumah adat asli, lengkap dengan dapur dan lumbung. Rumah-rumah itu dibangun dari kayu hutan asli (bukan beton) dan sudah berumur puluhan tahun. Di sebuah sisi terdapat sebuah masjid dan di sebelahnya ada semacam aula untuk masyarakat bermusyawarah.

Desa Wisata Koto Sentojo

Satu hal yang menarik perhatian saya adalah atap masjid. Tidak seperti masjid Indonesia pada umumnya yang menyerap gaya Timur Tengah, masjid di lokasi ini mirip Masjid Agung Demak, dengan atap bersusun meninggi ke atas. Saya kurang tahu, gaya ini memang terpengaruh dari Jawa, atau bagaimana.

Kami memutari kompleks desa wisata yang unik dan asri itu. Senang rasanya bisa menikmati atmosfer Melayu yang masih asli seperti itu.

Rangkiang, atau Lumbung Padi masyarakat Sentojo

Dua hari di Kuansing, baru tempat-tempat di atas itu yang bisa saya kunjungi. Jujur: tidak puas! Semoga saya bisa kembali lagi, kali ini sendiri -atau dengan teman yang menyenangkan untuk diajak berpetualang- supaya bisa lebih exploratif. Selain ingin mengunjungi air terjun, saya juga ingin melihat makam Syekh Angku Angin di Kec. Hulu Kuantan, ingin melihat tradisi Perahu Baganduang di Koto Lubuk Jambi, ke Air Panas Sungai Pinang di Kec. Hulu Kuantan, ke Hutan Bukit Baling dan Bukit Rimbang di Kec. Singingi, serta ke beberapa danau seperti Danau Kebun Nopi, Danau Masjid Koto Kari, dan Danau Rawang Udang.

Sedikit tips untuk teman-teman yang berniat ke Kuansing: kita harus punya kendaraan sendiri karena tidak ada kendaraan umum. Lebih baik kalau punya pemandu dari masyarakat setempat. Perjalanan kami terasa bermanfaat dan menyenangkan karena dipandu oleh Ibu Wigati Isye dan Bpk. Dedi yang asli Kuansing.

Selama di Kuansing kami menginap di Wisma Hasanah di Jl. Perintis Kemerdekaan (belum ada chained-hotel). Dengan rate Rp. 400.000,- per malam (rate tertinggi), kita sudah mendapat fasilitas sarapan pagi, kamar besar (bisa untuk 3 orang karena disiapkan juga sebuah dipan kecil selain sebuah tempat tidur besar), ber-AC, kulkas, dan dispenser. Sayang sekali, tidak disertakan gelas minum dan perlengkapan lain seperti tissu atau keranjang sampah. Yang juga disayangkan adalah air panas dan wi-fi yang belum terlalu lancar. Namun, secara umum, penginapan ini bersih, petugasnya ramah (ini yang paling penting), dan dekat dengan kota.

Bagi yang dari luar Sumatera, Kota Taluk Kuantan bisa dicapai dengan berkendara dari Pekanbaru. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Kalau teman-teman mau lanjut, dengan jarak tempuh 2 jam teman-teman sudah bisa mencapai Sumatera Barat.

Ada sedikit "jebakan betmen" ketika kita masuk daerah Singingi dari Kampar. Jalanannya berliku-liku, mirip Kelok Sembilan di Sumatera Barat. Red zone bagi yang kurang fit. Tapi selebihnya, perjalanan lumayan menyenangkan kok, dengan rimbunan hutan karet atau sawit di sisi jalan.

Jadi, tunggu apa lagi, ayo ke Kuansing!

TAMAT

***

Rantau Kuantan, 18 April 2017
@agnes_bemoe

Tulisan sebelumnya di sini.

No comments:

Post a Comment